Setali tiga uang dengan kata koordinasi, pemberdayaan lebih
mudah terucap ketimbang terlihat wujudnya.
Setidaknya itu tergambar di lingkungan sekitar kita saat ini, bila
dahulu gotong royong merupakan urat nadi kehidupan masyarakat Indonesia, kini
gotong royong menjadi sebuah komoditas yang langka. Barangkali pergeseran nilai telah terjadi,
dimana informasi dan teknologi menjadi stimulannya. Namun disadari, lokomotif pembangunan
bangsa ini tidak akan laju tanpa adanya peran serta masyarakatnya. Di sinilah pemberdayaan masyarakat menjadi bagian
penting dalam kerangka pembangunan indonesia sesungguhnya.
Pemberdayaan
masyarakat sejatinya bertujuan mengubah kondisi yang sebelumnya tidak berdaya menjadi
memiliki kekuatan dan inisiatif untuk memperbaiki situasi yang tidak/kurang
baik melalui proses interaksi sosial. Gotong royong merupakan salah satu bentuk
interaksi sosial dimaksud. Di situ tersirat nilai peran serta dari
masyarakat pengusungnya melalui apa yang kita kenal dengan istilah swadaya,
bisa berupa tenaga, uang, material dsb. Tapi
entah mengapa kita seakan kembali belajar bagaimana meraih keberdayaan
masyarakat kita, bersusah payah mengajak peran serta masyarakat kita dalam
pembangunan, menggalakkan kembali arti penting gotong royong, padahal konon itu
merupakan ciri khas bangsa kita, dan ghalibnya lagi kita harus sampai berhutang
kepada masyarakat internasional untuk mencapai itu semua, why?
Seorang James
Russell Lowell pernah berkata,”Not failure, but low aim, is crime” (tidak
gagal, tapi tujuan dangkal, adalah kejahatan).
Pun pendahulu kita, Ki Hajar Dewantara juga pernah berujar, “Ing Ngarsa
Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani” (yang di depan
memberi contoh, yang di tengah membangun kemauan, yang dibelakang mengikuti). Harus diakui kita gagal menjaga nilai-nilai yang
mengarah pada keberdayaan masyarakat, namun pertanyaanya sekarang adalah apakah
cukup dengan merasa malu saja? Apakah belum puas kita menghujat diri kita
sendiri? Apakah pemberdayaan masyarakat masih realistis dilaksanakan/masih
mungkin terwujud?. Bersyukur, saya
menemukan jawaban itu dari buah pikir mereka berdua, bagaimana dengan Anda?
0 komentar:
Posting Komentar