Angka-angka atau koefisien yang terdapat dalam buku Analisa BOW yang selama ini masih dipergunakan dalam dunia jasa konstruksi terdiri dari 2 kelompok, yaitu; pecahan-pecahan/angka-angka satuan untuk bahan, dan pecahan-pecahan/angka-angka satuan untuk upah. Keduanya menganalisa harga (biaya) yang diperlukan dalam menyusun harga satuan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Dengan tulisan ini penulis mengajak kita untuk melihat kebelakang tentang bagaimana caranya orang mendapatkan angka-angka satuan, yang dipakai buat mengkalkulasi bahan-bahan dan upah yang diperlukan. Artikel ini juga bisa menjadi referensi untuk para mahasiswa teknik sipil, yang berminat untuk melakukan penelitian tentang koefisien bahan dan upah pada zaman yang serba canggih ini.
Sampai saat ini sebagian besar orang hanya tahu memakainya saja, tanpa mengetahui dasar-dasar apa yang diambil dalam menentukan koefisien-koefisien yang terdapat dalam daftar analisa tersebut. Penyelidikan semula dilakukan pada Zaman Belanda dulu. Koefisien-koefisien bahan yang dipakai adalah berdasarkan metode-metode Percobaan: Jumlah bahan pembentuk untuk satuan pekerjaan (Penyelidikan jumlah bahan pembentuk dalam laboratorium).
Sebagai contoh kita ambil Analisa A1, tiap-tiap 1 m3 galian tanah, dibutuhkan 0,75 pekerja dan 0,025 mandor. Apa pula yang dimaksud dengan angka-angka tersebut di atas? Boleh dikatakan, angka-angka persepuluhan ini adalah suatu perbandingan untuk menyelesaikan 1 m3 pekerjaan galian tanah. Angka-angka ini dapat dibulatkan dengan jalan dikalikan atau dibagi dengan suatu bilangan tertentu.
Pengertian dari angka-angka tersebut tidak ada bedanya dengan angka-angka persepuluhan dari bahan-bahan, misalnya 0,486 pasir, 5,32 zak semen atau 1,2 m3 batu kali. Boleh dikatakan bahwa 0,75 pekerja dan 0,025 mandor bekerja bersama-sama dalam 1 hari dapat menyelesaian 1 m3 galian tanah. Pecahan persepuluhan di atas dapat dikalikan dengan angka 1.000 agar mendapatkan; 750 pekerja dan 2 mandor bekerja bersama-sama dalam 1 hari dapat menyelesaian 1.000 m3 galian tanah. Kemudian angka-angka ini dibagi dengan 25 dan akhirnya mendapatkan; 30 pekerja dan 1 mandor bekerja bersama-sama dalam 1 hari dapat menyelesaian 40 m3 galian tanah.
Apabila angka-angka diatas kembali dibagi dengan 40 maka mendapatkan; 0,75 pekerja dan 0,025 mandor bekerja bersama-sama dalam 1 hari dapat menyelesaian 1 m3 galian tanah. Jadi jelaslah bahwa angka-angka persepuluhan tersebut di atas adalah hanya suatu perbandingan saja. Demikian juga selanjutnya.
Dengan adanya perbandingan ini, maka untuk menyelesaikan suatu pekerjaan kita dengan sendirinya dapat menghitung banyaknya pekerjaan dan lamanya waktu yang dibutuhkan, karena satuan-satuan pekerjaan dikerjakan dalam jangka waktu 1 hari dianggap selesai.
Demikian juga diperlakukan kepada koefisien bahan, misalnya analisa G.32, pekerjaan 1 m3 pasangan batu kali. Analisa G.32 membutuhkan 1,2 m3 batu kali, 5,32 zak semen, dan 0,486 pasir. Jumlah bahan yang dibutuhkan untuk membuat 1 m3 pasangan batu kali ini, didapat dari hasil-hasil percobaan yang dilakukan; Tiap-tiap 1 m3 pasangan batu kali memerlukan 1,2 m3 batu kali, dan tiap-tiap 1 m3 pasir didapat/disiram air memerlukan 1,2 m3 pasir.
Bahan-bahan dalam daftar analisa ditakar/diukur dalam satuan isi (based on quantities). Cara ini dianggap sangat konsensionil. Ambil contoh pekerjaan beton, disini para pekerja membuat kotak-kotak papan dengan isi terletak antara 1 per 20 sampai 1 per 10 m3 bahan. Setiap kali angkut (biasanya diangkat oleh 2 orang), isinya tidak sama banyak, mengingat semakin lama pekerja semakin lesu dan lelah. Pertama diangkatnya sekotak penuh (tenaga masih kuat), tetapi lama-lama kurang dari 1 kotak.
Akibatnya mutu beton yang dihasilkan tidak seperti yang diharapkan atau bermutu rendah. Pada pengolahan beton tegangan tinggi (Pre Stressed Concrete-Beton Pra Tekan), praktek semacam ini amatlah berbahaya atau tidak terjamin. Untuk itu (konstruksi Pra Tekan Beton) dipakai komposisi berdasarkan berat bahan (weight balance), sehingga susunan-susunan bahan-bahan pembentuk betul-betul terjamin.
Untuk kondisi sekarang, jelas sudah banyak koefisien-koefisien hasil percobaan Zaman Belanda dulu yang sudah tidak relevan lagi, terutama koefisien upah. Sebagai contoh pada zaman dulu untuk mengerjakan 1 m3 pekerjaan kozen dibutuhkan jumlah pekerja yang sampai puluhan orang, tetapi pada zaman dengan peralatan yang serba canggih ini cukup dengan 1 atau 2 orang saja, tetapi tentu harus diperhitungkan faktor alat.
0 komentar:
Posting Komentar